Selasa, 12 Januari 2016

Filosofi Kaca






FILOSOFI KACA


Kau tahu, kehidupan kita layaknya kaca.
Filosofi kaca dalam hidup kita. 

Kaca, tidak hanya dibuat dari satu bahan, kenapa?
Setiap bahan punya tugas tersendiri untuk membuat kaca, 
Ada yang menutupi kekurangan, menguatkan fungsinya, dan memperindah kaca,
Hidup ini seharusnya layaknya kaca, kita tak bisa sendiri dalam membuat hidup ini mudah sesuai keinginan, 
Ada seseorang yang membantu mewujudkannya dengan peran tersendiri. 
Sudah selayaknya kita tidak egois, tidak acuh, dan individualis. 
Boleh jadi hari ini kau sanggup hidup sendiri tapi masa depan, boleh jadi kau kan tersingkirkan. 


Kaca itu mudah pecah !
Termasuk diri ini, khususnya wanita... 
Wanita bagaikan kaca, kau harus memperlakukannya layaknya kaca, pelan-pelan, penuh kelembutan dan kehati-hatian, 
Kau tahu kenapa begitu? Jika kau menekannya atau kau tak kuat menggenggamnya, maka kaca itu akan retak ataupun pecah,
Layaknya wanita, yang sedianya halus lembut ketika kau memperlakukan tanpa kelembutan dan kehati-hatian, maka akan berubah menjadi tajam, kasar, dan membuatmu terluka. 
Walaupun seperti itu, kaca yang telah pecah bisa kau perbaiki. Bagaimana caranya?
Kau "lebur", kau bentuk dia menjadi yang kaca yang lain, 
"Peleburan" dapat berarti penerimaan, kau cukup menerima kekurangan ia, walau dia bukan kaca seperti dulu, dia adalah kaca, kaca yang kau bentuk sesuai keinginanmu. Yang tidak lagi tajam dan kasar.

Kaca adalah cerminan hati,
Kaca yang kotor, dan berdebu tak ada yang mau memandang, memakainya pun apalagi, menyentuhnya adalah hal membuat kotor tangan,
Kaca yang kotor pula, takkan cahaya yang masuk, takkan cahaya yang menyebar, memantul kesegala sisi,
Bayangkan kaca itu adalah hati, hati yang kotor dengan perilaku buruk, tak ada yang mau memandang, tak berharga. 
Hati yang kotor pun, tak ada yang menemani apalagi menggunakanmu, apa pasal?
Kau tak lagi berguna, buat apa menggunakan kaca yang kotor,
Tak bisa bercermin, tak bisa menjadi tempat makan minum, tak bisa melihat ada yang dibelakang, tak bisa memperindah,,,
Walaupun seperti itu, janganlah kau bersedih.
Walau kaca kotor, hati kotor... masih bisa dibersihkan. 
Jika hati kotor dengan perbuatanmu menyakiti Allah, mohonlah ampunan...mohon bersihkan hatimu.
Jika hati kotor dengan perbuatanmu menyakiti sesama, mohonlah, mohon maaf setulus-tulusnya, berikan hak yang telah kau rampas darinya.

Kita tahu hidup ini beragam termasuk juga kaca.
Jika ku umpamakan, hidup sama halnya dengan kaca. 
Kau seharusnya melihat segala sesuatu layaknya kaca, apa adanya dan sejelas-jelasnya. 

Jendela dari kaca.
Hidup kita seharusnya seperti jendela dari kaca. 
Layaknya jendela yang menerima apapun, kita selayaknya menerima dengan ikhlas apa yang terjadi keburukan dan kebaikan. 
Layaknya jendela juga, kita harus senantiasa membuka diri.

Layaknya cermin, kita harus senantiasa evaluasi diri, melihat kesalahan sendiri untuk diperbaiki,
Layaknya cermin juga, kita harus jujur dalam menilai orang, apa yang dilihat itu adanya.

Layaknya spion, sesekali kita tengok masa lalu, apa yang dibelakang, untuk apa? sebagai pelajaran menjadikan kita  menjadi lebih baik dimasa depan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Layaknya spion juga, kau tak melulu melihatnya bagaikan kau melihat masa lalu, janganlah kau berfokus pada masa lalu yang nantinya bisa mengganggu masa depanmu.

Layaknya teropong, jadikan hidup ini penuh visi kehidupan yang jauh, kehidupan yang kekal, kehidupan yang membawa kebahagiaan dan ini butuh penyusunan langkah dan rencana untuk sampai apa yang dituju.

Layaknya kaca pembesar, janganlah kau melihat hal yang kecil menjadi suatu masalah besar.
Layaknya kaca pembesar juga, jadilah kau orang yang senantiasa melihat kebenaran sampai sisi terkecil sekalipun, yang tak terlihat pandangan mata. Berhatilah-hatilah dalam menentukan kebenaran.





Inspirated by Kartun Muslimah, dan teman-teman blog yang mengangkat tema sama- Filosofi Kaca.




Sabtu, 09 Januari 2016

Nasehat Diri

Setiap orang punya cara sendiri mengukir setiap jejak kehidupan ini yang hanya sekali,
ada yang lebih memilih menjauh dari kehidupan duniawi, mengasingkan diri entah ke gua, kuil, atau tempat sepi lainnya yang jauh dari godaan semu "dunia"
ada yang lebih memilih jalan sebaik-baiknya manusia,,, menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang,,,
Menulis, Menggambar, Meneliti, Mengajar dan bentuk pekerjaan lain yang punya manfaat bagi orang lain,
Setiap karya yang diukir pun tidak asal-asalan, kenapa begitu?
semua DIPERTANGGUNG JAWABKAN, orang yang paham akan hakikat hidup mengerti akan hal ini,,,
hukum aksi dan reaksi sebagai bukti konkret dari formulasi ilmuwan dalam menganalogikan bahwa apa yang diperbuat akan ada akibatnya,,,
dalam kehidupan ini perbuatan kita yang remeh temeh dan diam sekalipun akan dipertanggung jawabkan,
APA PASAL? Pembuka di salah satu buku motivasi...
APA PASAL kita diam padahal kita bisa lakukan?
APA PASAL kita berlaku tidak terpuji atau buruk padahal kita tahu itu perbuatan yang salah?
APA PASAL kita punya waktu dan kesempatan, kita tidak manfaatkan?
Tak pantas rasanya, saya menyampaikan hal ini, padahal masih belajar, meniti berusaha mencari jati diri dan apa yang dituai dari pembelajaran hidup ini dari kitab Al-Qur'an dan kitab umat lainnya yang berisi perintah Tuhan Yang Maha Esa.
Ancaman bagi orang yang mengatakan apa ia yang tidak mengerjakannya pun tidak tanggung-tanggung, api neraka. berlarian seperti keledai, memegang isi perut berkeliling ke penduduk neraka, "Bukankah kau yang sering menasehati kami" suara penasaran dari penduduk neraka, tapi dialah yang tidak melakukan apa yang ia nasehati,,
Tulisan ini hanya nasehat untuk diri ini yang masih ada banyak perbaikan, dosa yang bila tercium aromanya maka kau akan merasakan bau yang busuk, ilmu yang masih sangat sedikit, baca bukupun hanya tergantung kondisi, tak seperti para ulama yang membaca dan menulis kitab sampai kencingnya pun darah,,,
Ah... masih jauh saya dari hamba Allah, gelar mulia bagi setiap manusia yang diciptakan-Nya dari tanah.
Tapi saya pun tidak bisa mengacuhkan diri, saya pun tidak ingin rugi kalau tidak saling nasehat menasehati,,,,
Bukankah kita satu bangunan? Saling mengokohkan, menguatkan satu sama lain, membantu melewati jembatan setipis rambut,,
Marilah kita berusaha mengamalkan apa yang bisa mengamalkan walau itu hanya sebuah biji kurma, itu pun sebuah amal.
Nasehat Diri - Yogyakarta 10 Januari 2016

Kamis, 31 Desember 2015

Salam kenal

Selamat Datang di blog saya..

Manusia sejatinya tidak ingin dilupakan, ingin dianggap keberadaannya didunia ini,
Berbagai cara manusia kerap lakukan untuk tetap eksis dan jejak-jejaknya terukir, terpatri dalam kehidupan yang semu ini,
Cara yang mulia hingga kotorpun akan dilakukan demi sebuah eksistensinya didunia,
Beberapa orang kerap kali juga menjauh dan menghilang dari keramaian,,, jejaknya hampir tak terlihat didunia, merekalah yang hanya mengharapkan kehidupan yang lebih kekal, lebih bahagia, dan lebih mendekatkan pada Pencipta-Nya,
Namun...
Bagi penulis, jika manusia memilih menghilang tanpa jejak... apalah arti penciptaan ini?
Tugas yang diemban setiap manusia,, Tugas yang diberikan oleh Pencipta..
Maka bagi penulis lebih ingin menjalankan tugas itu,,,tugas pemberian Sang Pencipta,
Menjadi manusia yang taat, patuh, dan berbuat kebajikan didunia semampunya,
Penulis juga manusia....banyak kekurangan, jika ada kelebihan itu datangnya dari Sang Pencipta,
Penulis mencoba ingin berbagi pengalaman, pemahaman, dan pelajaran untuk kita semua,
Berupa cerita, hasil perenungan, hasil mengamati, dan hal-hal lainnya yang membawa kebaikan,

Marilah kita saling berbagi, saling menasehati, dan saling mencintai...
Cinta dalam rangkaian kata....
Tak terbukti terasa memang, namun bila cinta yang kita berikan tulus,
Jarak yang jauhpun,
Rupa yang tidak saling memandangpun,
Cinta itu akan terasa,,, cinta dari rangkaian kata